Sunday, June 17, 2012

Semua kan Indah pada Akhirnya (cerpen)

“Ayah, aku berhasil!” Hildan bersimbuh. Tak peduli lututnya kotor oleh
tanah basah.
“Terima kasih… atas semua dukungan ayah!” tutur Hildan, kaca haru di
matanya mulai pecah-pecah. Tak lama kemudian, pipinya sudah di banjiri air
mata.
Hildan mengelus nisan ayahnya dengan lembut. Kepedihanya masih
terasa pekat. Ayahnya dimakamkan di sisi ibu kandungnya dan Ratna, ibu
tirinya. Hildan merasa diawasi oleh mereka sekarang.